BEUT SEUMEUBEUT DALAM SISTEM PENDIDIKAN DAYAH MUDI MESJID RAYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dayah adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang terdapat di Aceh, setara dengan pesantren di Jawa dan surau di Minangkabau, memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan sosial keagamaan dan budaya masyarakat Aceh sebagai Serambi Mekkah.

Di dayah, santri merupakan peserta didik atau pelajar yang dipersiapkan oleh pengasuh dayah sebagai kader teungku dan ulama, dan berikutnya akan menjadi seorang tokoh kharismatik bangsa dan Negara, para alumni dayah mernjadi pondasi dan paku dalam menjaga stabilitas moral masyarakat Aceh pada umunnya dan akidah islam pada khusunya.
Pada zaman modern sekarang ini keberadaan dan kedudukan dayah merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan sosial dan karakter, dimana lembaga pendidikan lain tidak mampu menciptakan stabilitas moral dalam masyarakat. Berdasarkan statusnya, lembaga dayah dapat menjadi milik perorangan atau yayasan.
Dayah milik pribadi Tengku/kyai memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana dibandingkan dengan dayah yang dikelola oleh yayasan. Dayah milik pribadi lebih menonjolkan tanggung jawab untuk melestarikan nilai-nilai absolute dayah dengan tengku sebagai sumber kepatuhan, pimpinan spiritual dan tokoh kunci dayah. Kemampuan dayah bukan hanya dalam pembinaan pribadi muslim, tetapi juga mengadakan perubahan sosial dan masyarakat. Pengaruh dayah dapat terlihat pada kehidupan santri dan alumninya serta kehidupan masyarakat sekitarnya.
Secara garis besar bentuk pendidikan dayah dibagi atas tiga macam yaitu :
1.        Dayah Salafiah, dayah yang masih mempertahankan system salafiahnya, baik kurikulum maupun system pengajarannya. Dayah ini mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam dari kitab-kitab kuning berdasarkan mazhab tertentu.
2.        Dayah Terpadu, dayah yang memadukan kurikulum salafiah dan kurikulum umum dibawah binaan Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan Nasional serta tidak menghilangkan kurikulum lama yang salafiyah.
3.        Dayah Modern (pesantren Modern), dayah yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik madrasah (MI, MTs, MA dan PT Agama Islam), maupun sekolah umu (SD, SMP, SMU dan PT umum).
Dayah Salafi dengan segela kekurangan dan keterbatasan menajemen, adminitrasi, keuangaan, sumber dana, sarana dan prasarana, dan kurikulumnya mencoba bangkit dan terus mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan zaman serta punya daya saing yang sangat ketat.
Salah satu dayah terkemuka di Aceh saat ini adalah dayah MUDI (Ma’hadal ‘Ulum Diniyah Islamiyah) Mesjid Raya yang bertempat di Gampong Mideun Jok, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Propinsi Aceh. Dayah ini punya sejarah yang panjang dalam pendiriannya dan telah menghasilkan alumni yang sangat banyak, bahkan memiliki ratusan dayah alumninya dalam ikatan “Al aziziyah”. Salah satu sistemnya dayah  Ma’hadal ‘Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya Samalanga (seterusnya penulis menyebutnya dengan “MUDI Mesjid Raya”)  terletak pada budayanya yaitu “ Beut Seumeubeut”.
Beut Seumeubeut inilah yang telah dikembangkan dan dijadikan konsep atas keberhasilan dalam pendidikan pada Dayah MUDI Mesjid Raya. Melalui budaya itu dayah MUDI Mesjid Raya mengembangkan pendidikan ke-dayah-an. Sistem yang mereka gunakan sangatlah tradisional dengan mempertahankan nilai-nilai keagamaan.
Dengan banyaknya santri dan mahasantri yang menuntut ilmu agama di Dayah MUDI Mesjid Raya, maka tidak membuat mereka meninggalkan Beut Semeubeut, proses Beut Seumeubeut menjadi bahagian dari keistimewaan Dayah tersebut secara khusus dan menyeluruh.
Kesusksesan dayah ini dalam dunia pendidikan Islam patut di jadikan contoh kesuksesan pendidikan Islam tradisional dalam mengemban amanat Syariat dan Bangsa, sehingga membantu pekerjaan pemerintah dalam pendidikan, budaya, sosial, mengatasi kriminalitas, membentuk karakter anak bangsa dan membantu pemerintah dalam memastikan kebutuhan SDM masyarakat.
Dayah MUDI Mesjid Raya adalah dayah dengan label tradisional yang Go international, dengan banyaknya santri dari luar daerah dan luar negeri dan juga telah dijadikan sebagai objek wisata islami oleh turis mancanegara.
Penulis sangat tertarik ingin mengkaji Beut Seumeubeut yang masih mereka pertahankan, dengan ketiadaan gaji dan honor, ketika banyak orang mengeluhkan gaji dan honor, bahkan berlomba-lomba untuk menjadi guru sertifikasi. Padahal telah kita ketahui bahwa sistem Beut Seumeubeut yaitu sistem 24 jam dan tujuh hari dalam seminggu.
Disini penulis nantinya mencoba mengupas rahasia, implimentasi dan pengaruh dari Beut Seumeubeut yang mendarah-daging dalam tubuh para Teungku, bahkan tradisi ini mereka aplikasikan setelah tidak lagi di Dayah dan mengabdi dalam masyarakat.
B.     Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang sangat luas, maka penulis dalam Tesis ini lebih memfokuskan masalah pada Beut Seumeubeut yang diterapkan di Dayah MUDI Mesjid Raya.
C.    Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, masalah pokok yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana program beut semeubeut dalam trdisi pendidikan dayah
2.      Bagaimana Strategi implementasi program beut semeubeut dalam tradisi pendidikan dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga
3.      Apa faktor yang mempengaruhi implementasi program beut semeubeut dlam tradisi pendidikan dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga



D.    Tujuan Penelitian.
1.      Tujuan Umum.
Tujuan penelitian ini di adakan untuk mendeskripsikan tentang beut semeubeut dalam Pendidikan Dayah MUDI Mesjid Raya.
2.      Tujuan Khusus.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahuia Beut Seumeubeut dalam sistem pendidikan Dayah.
2.      Untuk mengkaji dan mendalami strategi implimentasi Beut Seumeubeut dalam Pendidikan Dayah MUDI Mesjid Raya.
3.      Untuk mengetahui faktor yang pengaruh dari Beut Seumeubeut dalam sistem pendidikan Dayah MUDI Mesjid Raya.

E.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dalam bentuk teoretis maupun dalam bentuk praktis. Dan setiap penelitian tentu mempunyai manfatnya yang berbeda-beda antara satu dengan penelitian lainnya.
1.      Manfaat Teoretis
Penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran dan perkembangan pendidikan Dayah secara umum dalam memahami dan menerapkan beut seumeubeut dalam sistem pendidikan dayah.
2.      Manfaat Praktis
1.      Bagi penulis adalah memperluas pengetahuan dan wawasan penulis serta merupakan sebuah kontribusi pemikiran dalam menyelesaikan masalah-masalah dunia pendidikan, khususnya pendidikan islam dewasa ini.
2.      Bagi pemerintah atau pengambil kebijakan dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan beut seumeubeut dan memelihara serta mendukung tradisi tersebut dalam konteks kelembagaan dan dunia pendidikan.
3.      Bagi pembaca adalah menjadikannya bacaan yang bermanfaat, gambaran, petunjuk, dan rujukan pengetahuannya.
4.      Bagi Teungku[1] adalah agar menjadi gambaran dalam memelihara tradisi tersebut dan mengembangkannya ke arah yang lebih relevan dengan jamannya dengan tidak membuang dasar-dasar beut seumeubeut.
5.      Sebagai prasyarat dalam menyelesaikan program megister pascasarjana Pendidikan Islam di UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

F.     Kajian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian bahwa harus melakukan pembinaan mental personil dan kaderisasi oleh pimpinan dayah. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Marzuki.[2] Dengan demikian tercipta suatu beut seumeubeut dalam pendidikan dayah yang menjadi identitas ke-dayahan itu sendiri. Dan dengan adanya kaderisasi maka tradisi beut seumeubeut terpelihara dalam ruh ke-dayahan sepanjang masa.
Menurut Mutia Zahara bahwa meuguree merupakan sebuah tradisi ke-dayahan yang terus dipelihara dalam meningkatkan kualitas pendidikan dayah.[3] Dengan dan melalui meuguree maka beut seumeubeut tetap terjaga keasliannya dalam pendidikan dayah.
G.    Metode Penelitian
1.      Pendekatan Penelitian
Tesis ini merupakan suatu penelitian kualitatif, berupa analisa terhadap tradisi beut seumeubeut dalam sistem pendidikan dayah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang mendalam.
2.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian deskriptif. Artinya tesis ini bertujuan mendeskripsikan obyek dari hasil penelitian, sehingga dapat disimpulkan unsur-unsur yang terkait dengan beut seumeubeut dalam sistim pendidikan dayah.
3.      Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Untuk menggambarkan tradisi beut seumeubeut, peneliti mencoba gambaran lengkap sedapat mungkin, maka pengumpulan data akan diusahakan sekomprehensif mungkin.

a.      Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan diperlukan untuk memperoleh gambaran tentang penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian dalam tesis ini, menghubungkan penelitian tesis dengan dialog yang lebih luas dan berkesinambungan tentang topik yang sama, dan memberi kerangka untuk melakukan analisis terhadap topik penelitian. Studi kepustakaan dalam rangka penelitian tesis dilakukan dengan cara mempelajari sejumlah literatur, jurnal, paper, naskah akademis dan tesis yang dinilai mampu memberikan kerangka teori bagi penelitian ini.
b.      Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) menggunakan pedoman wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam proses beut seumeubeut dalam pendidikan dayah.


DAFTAR PUSTAKA
Alghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya’ Ulumuddin, Cet. 1, Bairut: Dar Ibnu Hazm, 2005.
Az-Zarnuji, Ta`lim al- Muta’allim Ṯariqa Ta’lim, Semarang: Karya Toha Putra.
Abdul Aziz bin Abdullah Bin Muhammad Ar-Rasyudi, Fikru At-Tarbawy ‘inda Abdurrahman As-Sa’ady, Riyadh: Dar Ibnu Zauji,  2000.
Abdurrahman Bin Nasir, As-Sa’ady, Taisiru Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsiri Kalami Al-Mannan,  Bairut: Dar Ar-Risalah, 2000.
Abdurrahman Bin Muhammad, Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Tahqiq: Abdullah Adrausyi, Cet. I, Damasyq: Dar Ya’rab, 2004.
C.Snouck Hurgronje, The Atjehnese, A.W.S O'Sullivan(terj.), Vol. I, Leiden: E.J. Brill, 1906.
Derektorat jenderal Pendidikan islam, Pedoman Penyelenggaraan Ma'had 'Aly, Jakarta: Depatemen Agama RI, 2009.
Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Utara, Pedoman Umum Manajemen Dayah Salafi Kabupaten Aceh Utara, Lhokseumawe: tp, 2012.
Ibnu Miskawaih, Tahzibul Akhlak, Tahqiq: Imad al-Hilaly, Bairut: Mansyuraat al-Jamal, 2011.
Warul Walidin, Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun: Perspektif Pendidikan Modern, Cet. II, Yogyakarta: Suluh Press, Banda Aceh: Taufiqiyah Sa’adah, 2005.
Taqiyuddin Ahmad, Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, Cairo: Dar alWafa’, 2005.
Jamaluddin Malik, ed., Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA, Ulama Dayah: Pengawal Agama Masyarakat Aceh, Banda Aceh:Nadiya Foundation, 2007.
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.





[1] Teungku adalah tenaga pengajar di dayah di Aceh, atau orang yang mempunyai ilmu agama yang cukup di bidangnya.
[2] Marzuki, Kepemimpinan Dayah Dalam Meningkatkan Kinerja Personil Pada Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya Samalanga Kabupaten Bireuen, (Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. 2014), hlm. 135.
[3] Mutia Zahara, Tradisi Meuguree pada Dayah Perempuan : Studi kasus pada Dayah Putri Muslimat Samalanga Kabupaten Bireuen, (Program Pascasarjana UIN ar-Raniry, 2014)

Popular posts from this blog

Contoh Terjemah Akte Kelahiran dalam bahasa arab

Contoh Surat Keterangan Aktif belajar dalam Bahasa Arab

من أخطأ الطريق ضل، ولا ينال المقصود؛ قلّ أو جل