KONSTRIBUSI PERADABAN ISLAM ATAS KEMAJUAN BARAT
A. Pendahuluan
Pengaruh dan perubahan yang dibawa Islam telah
mengembangkan peradaban dunia menjadi identitas
keIslaman dalam segala aspek
kehidupan sosial dan kebudayaan manusia. Bahkan kebudayaan dan peradaban Islam
pada waktu itu menjadi barometer dan
ukuran modernisasi bagi negara Eropa dan Barat. Sehingga perubahan-perubahan
yang dibawa Islam berjalan demikian cepat dan dahsyat menyeberangi batas batas
rasial dan geografis.
Kemajuan peradaban dan pengetahuan yang ada di Barat
tidaklah terjadi dengan begitu saja atau tiba-tiba. Akan tetapi ada proses yang
sangat panjang dan butuh waktu yang sangat lama. Dalam sejarah perkembangannya, Islam telah
membuktikan dirinya memainkan perang yang penting dalam kemajuan dunia modern
saat ini melalui perkembangan ilmu pengetahuan masa lalu, kaum musliminlah yang
meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan kaidah umumnya[1],
sehingga dunia maju dan terus maju. Dan Islam telah meletakkan visi dan misi
pengembangan kemajuan dan pengetahuan yang murni dengan segala kelebihan dan
keutamaannya.
{كُنْتُمْ خَيْرَ
أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ } [آل عمران: 110]
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah.”
Pencapaian kebudayaan,
pembangunan dan ilmu pengetahuan Islam masa lalu telah membuka lebar mata dunia
bak matahari pagi yang menampakkan alam semesta untuk kita jelajahi dan syukuri
anugerah Tuhan yang Maha Esa.
Untuk itu kita mencoba melihat bagaimana bentuk
konstribusi Islam atas dunia Barat.
B. Masa Kegelapan
Dunia Barat
Selama beberapa abad, dunia
Barat dikuasai oleh doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu
pengetahuan dan budaya berpikir atau filsafat yang pernah berkembang pada masa
sebelumnya di Yunani.[2]
Gereja Timur menganggap ilmu filsafat Yunani berbahaya terhadap agama Masehi.
Sebab itu institut ilmu dan filsafat Yunani
ditutup dan tidak diizinkan membukanya, seperti dilakukan oleh Gestanian, yaitu
dengan menutup sekolah Athena (tahun 529 M). Pendeta Yunani yang mengajar di
sekolah tersebut dianggap kafir dan dihukum dengan bermacam hukuman.[3]
Melalui interaksi dunia Barat dengan
Dunia Islam, Eropa telah menyadari keterbelakangan dan ketertinggalan mereka.
Interaksi tersebut menyebabkan adanya sentuhan peradaban Islam terhadap mereka.
Proses persentuhan itu terjadi melalui konflik-konflik bersenjata, seperti
dalam Perang Salib, maupun melalui cara-cara damai seperti di Andalusia.
melalui cara yang murni damai di Andalusia. Ketika Eropa masih larut dalam
keterbelakangannya, Andalusia telah tumbuh dalam kemajuan dan kegemilangan
peradaban.[4]
C. Sejarah Konstribusi Umat Islam ke dunia
barat.
Profesor Mark Halstead,
seorang dosen pendidikan moral di Plymouth University mengatakan:
"Islam perlu diberi tempat yang sama
dengan sejarah kelompok lainnya seperti sejarah Romawi dan Yunani kuno. Ketika
Eropa hidup dalam abad kegelapan, peradaban Islam justru berkembang pesat, dan
kemajuan pada periode ini lebih relevan dengan perkembangan dunia modern
sekarang ini dibandingkan dengan pada masa Mesir Kuno dan Aztek,"[5]
Bangsa Arab bukan hanya
membangun kerajaan, melainkan kebudayaan. Mereka adalah pewaris peradaban kuno
yang ada di tepi sungai Tigris dan Efrat dan di daratan sekitar Nila dan sebelah
timur Mediterania, kemudian mereka menggodok beragam unsur budaya Yunani dan
Romawi. Kemudian membawa gerakan intelektual ke Eropa Abad Pertengahan yang
memicu kebangkitan dunia barat.[6]
Kemenangan tentara Islam pada masa Al-Mahdi dan
Ar-Rasyid atas Bizantium, membuat tenar periode umat Islam pada masa itu. Pada
masa itulah muncul intelektual dalam sejarah Islam. Gerakan inteletual ini
ditandai dengan mega proyek penerjemahan karya-karya berbahasa Persia,
Sanskerta, Suriah dan Yunani.[7]
Di Suriah, Umat Islam menyerap peradaban Aramanik yang
sudah dipengaruhi oleh Yunani. Di Irak, umat Islam mengadopsi peradaban yang
sama yang dipengaruhi oleh Persia.[8]
Adapun yang perlu kita garis bawahi bahwa peradaban itu
bersumber dari Mesir Kuno, Babilonia, Phoenisia dan Yahudi, kemudian semuanya
mengalir ke Yunani. Kemudian kembali lagi ke Timur dalam bentuk Hellenis, dan
masih di aliran yang sama mengalir lagi ke Eropa melalui umat Islam yang ada Spanyol
dan Sisilia, sehingga lahirlah Renaisan Eropa.[9]
Setelah Tiga perempat abad berdirinya Bagdad oleh umat Islam,
dunia literatur Arab telah memiliki karya-karya filsafat utama Aristoteles,
karya para komentator neo-Platonis, tulisan kedokteran Galen dan karya ilmiah
Persia dan Hindia.[10]
Menurut Hali bahwa kemajuan Eropa sekarang berutang budi
pada Islam klasik dalam beragam jenis sains dan merupakan konstribusi kemajuan Arab
atas Barat[11]
D.
Konstribusi Peradaban Islam melalui Spanyol
Semenjak umat Islam
menginjak kakinya si Spanyol, Islam memainkan peran penting dan besar. Juga
bahwa negeri itu dianugerahi kesuburan tanahnya yang dapat menghasilkan
perekonomian yang sangat melimpah. Yang pada akhir dapat menunjuang
menghasilkan banyak pemikir dan ilmuwan. Masyarakat Spanyol Islam merupakan
masyarakat yang majemuk, terdiri dari berbagai ras dan komunitas, di antaranya:
1)
Orang Arab.
2)
Al-
Muwalladun (orang Spanyol masuk Islam).
3)
Barbar ( Umat
Islam yang berasal dari Afrika).
4)
Al-Shaqalibah
(penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan
Jerman, kemudian dijual kepada penguasa Islam yang dijadikan tentara bayaran).
5)
Yahudi.
6)
Kristen
Muzareb yang berbudaya Arab.
7)
Kristen
yang masih menentang kehadiran Islam.[12]
Saham-saham mereka dalam intelektual memberikan efek dan
pengaruh terhadap kebangkitan Ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol.
Umat Islam di Spanyol merupakan jembatan pengetahuan Yunani
plus Arab mengalir ke Eropa pada abad ke-12. Apalagi pada masa Muhammad
Abdurrahman (832-886), sebagai penguasa Bani Umayyah ke-5 pada abad ke-9 M yang
telah membangkitkan ilmu pengetahuan di bidang filsafat.[13]
Karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam
kuota besar oleh Al-Hakam (961-976), sehingga Cordova dengan perpustakaannya
dan universitasnya telah mampu menyaingi Bagdad sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Ini merupakan sebuah persiapan kelahiran ilmuwan-ilmuwan filusuf sesudahnya.[14]
Filosof yang terkenal pada Arab Islam Spanyol yaitu Bin Bajjah, Bin Thufail.
Menurut Garaudy bahwa Melalui kebesaran peradaban Islam Spanyol
dan Sicilia yang selama seribu tahun telah menyuburkan Eropa. Merekalah yang
membawa dan mengelola peradaban pengetahuan di Eropa. Dengan demikian
memungkinkan Alphonse X Raja Castille memerintahkan penerjemahan karya Ibnu
Sina, Kitab al-Hayawan (Livre des animaux) dan karya Ibnu Rusyd, Syarah, yang
berisi komentar terhadap Aristoteles. Ini yang menjadi titik tolak pandangan
Barat.[15]
Ibnu Khaldun juga menyumbang pengembangan tradisi
pemikiran Barat yang sangat berarti, karyanya Muqaddimah telah
menyumbang perkembangan metodologi ilmiah yang berupa kajian teoretis empiris
di bidang ilmu-ilmu sosial.[16]
Ibnu Haitham (Al-Hazem) (965-1039), seorang ilmuwan
muslim telah membuka cakrawala pemikiran ilmiah Barat. Pengetahuannya telah
membuka jalan bagi Barat untuk menjadikan dasar pada sains eksperimental.[17]
Ibnu Rusyd adalah seorang rasionlis, pengikut ajaran
Mu’tazilah yang gagasannya sangat kuat dipengaruhi Aristoteles. Melalui Ibnu
Rusyd barat mulai menganut sistem kebebasan berpikir dan menyerap kekayaan
intelektual Yunani kuno setelah dikekang oleh gereja mereka. Di antara ajaran
Ibnu Rusyd adalah kekekalan benda (eternity of metter) dan kefanaan jiwa
(immortality of the soul). Dengan demikian telah melahirkan kebangkitan
berpikir bebas seperti Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.[18]
Para alumnus Barat di universitas-universitas di Spanyol
di bawah asuhan ilmuwan muslim, mereka kembali ke Eropa dan mengambangkan
pengetahuan dengan mendapat julukan yang diberikan oleh para pendeta disana
yaitu “ para revolusioner”. Yang telah menentang kebiasaan-kebiasan Eropa lama.[19]
Dengan adanya Andalusia, Eropa menikmati kemajuan dalam
bidang sains, kimia, fisika, farmasi, biologi, astronomi, kompas dan
lain-lainnya. Melalui Spanyol (Andalusia) ilmu-ilmu itu mengalir ke Eropa dan
berangsur-angsur berpindah. Apalagi pulai Sicilia, merupakan pulau penghubung
diplomatik antara dunia Islam dengan negara-negara Eropa.[20]
Pada jaman
kegemilangan Islam (golden age in Islam) di Spanyol, ilmu-ilmu dan seni
semakin berkembang dan bertambah banyak sehingga sangat sukar untuk dihimpun
semuanya.[21]
Demikianlah banyaknya dan berkembang dengan pesatnya ilmu pengetahuan di Spanyol
pada masa kejayaan Islam di sana.
E. Bentuk konstribusi
peradaban Islam melalui Perang Salib
a.
Perang Salib Sarana Mengalirnya Ilmu Pengetahuan Ke Barat.
Pasca penyerbuan selama 2 abad selamanya, para tentara
salib telah menyesuaikan diri dengan kehidupan yang ada di timur. Mereka
melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh kaum muslimin di timur
dari segi ilmu militer, ilmu pertambangan, ilmu pemerintahan, ilmu navigasi
(pelayaran) dan lainnya, sehingga mereka mentranformasi budaya, peradaban
(civilization) dan keilmuan ke barat.[22]
Tentara salib membawa apa saja ke Eropa yang didapatkan di timur berupa buku –
buku pengetahuan, dan lain sebagainya.[23]
Setelah perang salib berakhir maka bangsa Eropa mengenal
lebih dekat tentang dunia Islam dan bangsa timur, terjadi pertukaran ide,
pemikiran dan peradaban. Pertumbuhan intelektual di barat lebih maju dan
timbullah gerakan reaisance di Eropa.[24]
Sehingga dapat kita katakan bahwa kemajuan di Eropa merupakan hasil
Transformasi peradaban dari Bangsa Timur.
Perang salib telah menimbulkan
beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang salib membawa kontak
lansung dengan dunia muslim dan terjalinnya hubungan timur dan barat. Kontak
dan hubungan ini menimbulkan saling tukar pikiran antara dua belah pihak.
Pengetahuan orang timur yang progresif dan maju memberi daya dorong besar bagi
pertumbuhan intelektual Eropa Barat. Hal ini sangatlah penting yang dapat
menumbuhkan Renaisans di Eropa. [25]
Keuntungan perang salib bagi Eropa adalah
menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut,
kincir angina, dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui
cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industry timur yang lebih
berkembang.[26]
Kegiatan perdagangan lebih mengarah pada
perkembangan kegiatan maritime diLaut Tengah, orang – orang Islam yang pernah
mengusai Laut Tengah kehilangan kekuasaan, dengan demikian orang Eropa bebas
menggunakan jalur laut melalui Laut Tengah tersebut.[27]
Perang salib memberi dampak yang signifikan,
perang salib beararti perjumpaan antara dunia yang biadab dengan dunia yang
berkebudayaan tinggi. Orang-orang Islam tidak belajar suatu apapun dari
ksatria-ksatria buas dari Timur. Mereka kagum terus-menerus. Yang paling
penting bagi sejara gereja ialah bahwa orang-orang Arab menjadi guru filsafat
bagi mereka. Sesungguhnya, filsafat yang mereka peroleh dari orang Arab itu
ialah filsafat Yunani.[28]
F. Komentar Tokoh atas kemajuan Barat
Menurut Emile Durkhaim[29]
dalam bukunya “Al-Qiyamul Khalidah fil Islam” bahwa:
“Sesungguhnya
kemajuan Islam ditegakkan berdasarkan risalah langit. Tatanan kemasyarakatannya
didasarkan pada kekeluargaan yang kukuh, dan tatanan perekonomiannya memandang
harta sebagai sarana, bukan sebagai tujuan. Islam menghormati hak milik
perseorangan yang non eksploitasi. Ia telah meninggikan akal sebagai alat
memperoleh ilmu. Adalah hal yang jelas bahwa kaum muslimin memiliki kemajuan
Eropa modern ditegakkan atas dasar ilmu dan pikiran kemajuan Islam, namun Eropa
telah menghempaskan landasan kerohanian dan akhlak yang telah mengiringi
kemajuan Islam”.[30]
Menurut El Doce Hegsli tentang kemajuan Eropa:
“Sesungguhnya kemajuan Eropa ditegakkan pada keunggulan akal
pikiran semata. Lalu diciptakannya pembangunan industri yang mampu memuaskan umat
manusia hanya pada kebutuhan materi dan kemewahan, akan tetapi di sisi lain ia
mengabaikan pembangunan bidang pendidikan emosi, akhlak dan keluhuran rohaninya”.[31]
“Sesungguhnya pengaruh
kemajuan kaum muslim di Barat besar sekali dalam bidangilmu, sastra dan budi
pekerti. Pada abad VII Masehi, kaum muslimin berbondong-bondong pergi
meninggalkan Jazirah Arab untuk mendirikan sebuah kerajaan besar yang
perbatasannya satu dengan lainnya terbentang jauh. Maka kemajuan pun ikut
bersama mereka, kemana pun mereka pergi, atay peradaban ikut menyertai mereka,
kemana pun mereka menuju. Dampak kemajuannya tidak hanya dinikmati oleh Timur,
namum pengaruhnya di Barat juga tidak kalah penting dan pesatnya.[33]
Menurut Gustave Le Bon pula, ia seorang ilmuwan
Perancis membuat pernyataan tentang jasa Arab dan umat Islam Arab, katanya:
Tidak seorang penulis Eropa hingga abad XV, melainkan ilmunya dikutip dari ilmu
Islam”.[34]
Seorang Ilmuwan Perancis, Sidioe, berkata: “Sesungguhnya
hasil pikiran Islam yang hebat dan penemuan-penemuanya yang indah, menjadi
saksi, bahwa mereka adalah guru-guru bangsa Eropa dalam segala-galanya”.[35]
G. Konstribusi dalam
bentuk Ilmu Filsafat
Filsafat alamiah yang pada
mulanya berasal dari luar Islam[36],
telah mendapat tempatnya di dalam Islam, dikarenakan Alquran sendiri telah
mendorong dan memberikan instruksi pemikiran-pemikiran terhadap alam semesta
dan kaum muslimin telah mengambangkan lebih jauh dan melakukan penelitian dan
observasi lansung sehingga melahirkan berbagai macam ilmu cabang dari filsafat,
yaitu ilmu-ilmu alamiah.[37]
Setelah buku filsafat Yunani
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di zaman Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun.
Dirubah dan diperbaiki sesuai dengan ajaran Islam, maka lahirlah tokoh-tokoh
dengan mahakaryanya, di antaranya:
a. Abu Ishak Al-Kindi,
ia menyumbang 231 buah kitab.
b. Ibnu Sina, nama
lengkapnya Ar-Rais Abu Ali Husain Bin Abdullah. Terkenal dengan karyanya
dibidang kedokteran dan juga seorang ahli filsafat.
c. Ibnu Rusyd, dengan
nama lengkap Abu Walid Muhammad bin
Ahmad bin Muhammad bin Rusyd, karyanya juga sangat banyak dibidang filsafat,
kedokteran, mantiq dan fiqh.[38] Ibnu Rusyd memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme,
posotivisme ilmiah Aristotelian. Sikap skeptis terhadap mistisisme adalah basis
di mana ia menyerang filsafat Al-Ghazali.[39]
H. Konstribusi dalam bentuk Ilmu Kedokteran
Banyak sekali dokter yang
lahir di bawah Daulah Abbasiyah. Salah satu penyebabnya yaitu dokter asing yang
menjadi guru di masa itu, sehingga lahirlah dokter-dokter terkenal dengan
didukung pembangunan rumah sakit dan perguruan tinggi dalam bidang kedokteran
sehingga melahirkan tokoh, di antaranya:
a. Ibnu Masiwaihi, yaitu
Abu Zakaria Yahan bin Masiwaihi. Seorang dokter ahli farmasi di rumah sakit
Yundisapur.
b. Ibnu Sahal, Sabur Bin
Sahal, seorang direktur dirumah sakit Yundisapur.
c. Ibnu Sina, salah satu
karyanya yaitu Al-Qanun fi At-Thib.
d. Abu Bakar Ar-Razi,
seorang kepala dokter-dokter di Bagdad.
e. Ali bin Abbas.[40]
I. Konstribusi dalam bentuk Farmasi dan Kimia
Diantara ahli di bidang
farmasi dan kimia adalah:
a. Ibnu Baitar, Karyanya
yang paling terkenal yaitu Al- Mughni (tentang obat-obatan), Mizanut Thabib dan
Jami’ Mufradat Al-Admiyah wa Al-Aghziyah.
b. Rasyiduddin bin
Suwari, karyanya yaitu Al- Adwiyatul Mufradah.
c. Jabir bin Hayan,
seorang ahli kimia dan juga ahli ilmu pasti.[41]
J. Konstribusi dalam bentuk Ilmu Astronomi
Kaum
muslimin menggodok ilmu falaq yang dianut oleh Yunani, Hindi, Persia, Khaldan,
dan Arab Jahiliyyah menjadi satu aliran ilmu bintang, ilmu ini memegang peranan
penting dalam menentukan perpolitikan para khalifah dan amir. - Boleh Copypaste dengan menyumbang
seikhlas saudara untuk tulisan ini! No Rekening BRI : 392101001051508 a/n FAUZIL MUBARRAQ - Di antaranya:
a. Abu Ma’syar al-
Falaki, karyanya Isbatul Ulum dan Haiatul Falaq.
b. Jabir Al- Batani,
seorang pencipta teropong bintang pertama kali, karyanya Kitabul Ma’rifati
Matla’il Buruj Baina Arbail Falaq.
c. Raihan Bairun
K. Konstribusi dalam bentuk Ilmu Matematika
Di antara tokohnya yaitu:
a. Abu Ismail Al- Azdi,
keryanya Futuhus Syam
b. Ibnu Sa’ad.
c. Al-Waqidi.[42]
L. Konstribusi dalam bentuk Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam
pemerintahan Islam di Spanyol. Penduduk asli Spanyol banyak sekali yang mampu
dan mahir berbahasa Arab seperti Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang kitab
Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Syabili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur
dan Abu Hayyan Al-Ghrnathi[43].
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 1, Jakarta:
Kencana, 2011.
Ahmad
Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Maysrakat dan Kekuasaan, Cet: 3, Jakarta: Gramedia, 2007.
Dedi
supriadi, Sejarah Peradaban Islam., Bandung: Pustaka Setia, 2008.
http://kenziehugo.blogspot.com/2011/06/kontribusi-Islam-terhadap-kebangkitan.html di
akses tgl 19 – 11 – 2014.
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-Islam/menguak-fakta-sejarah-kontribusi-Islam-dalam-kemajuan-peradaban-barat.htm#.VG_mqPmUebg di Akses tgl 19 – 11 – 2014.
Ismail R. Al-Faruqi, The Culture Atlas Of Islam, New
York: Macmillan, 1986.
John
Cooper, dkk, Pemikiran Islam: dari Sayyid Ahmad Khan Hingga Nasr Hamid Abu Zayd,
Terj: Wakhid Nur Effendi, Jakarta: Erlangga.
K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003.
Mustafa
Hj. Daud, Tamadun Islam, Cet: II, Kuala Lumpur: Utusan Publications &
Distributors Sdn Bhd, 2004.
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Cet. II,
Jakarta: Prenada Media, 2004.
Matroji, Sejarah untuk SMP Kelas VIII, Jakarta:
Erlangga, 2004.
Philip
Khuri Hitti, History of the Arabs,
Terj: R. Cecep Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Cet: 10, New
York: Palgrave Macmillan, 2002.
Palgunadi
Tatit Setyawan, Daun berserakan: sebuah renungan hati, Cet. I, Jakarta:
Gema Insani Press, 2004.
Ramayulis,
Sejarah Pendidikan Islam, cet ke-1, Jakarta:
Kalam Mulia.
Sri
Suyanta, Editor, Sejarah dan Khazanah Pendidikan Islam, Banda Aceh: PPs IAIN
Ar-Raniry, 2012.
Syarifah
Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika, Cet: I, Yogyakarta: Oz, 2008.
Samsul
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Kencana, 2011.
Th. Van
Den End, Sejarah Perjumpaan Gereja Dan Islam, Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi,
1997.
Tim Arrahma, Sejarah kebudayaan Islam untuk MTs Kelas
VIII, Semarang: Aneka Ilmu, 2005.
Zakaria
Hasyim Zakaria, Pendapat Cendekiawan dan Filisof Barat Tentang Islam, Jakarta:
Gema Insani Press, 1992.
Zuhairani, Sejarah Pendidikan Islam, Cet.
11, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
[1] Palgunadi
Tatit Setyawan, Daun berserakan: sebuah renungan hati, Cet. I, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2004), Hlm. 74.
[4] http://kenziehugo.blogspot.com/2011/06/kontribusi-Islam-terhadap-kebangkitan.html di akses tgl
19 – 11 – 2014.
[6] Philip Khuri
Hitti, History of the Arabs, Terj: R. Cecep Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Cet: 10, (New York:
Palgrave Macmillan, 2002), hlm. 4.
[7] Philip Khuri
Hitti, History of the Arabs …, hlm. 380-381.
[8] Philip Khuri
Hitti, History of the Arabs …, hlm. 381.
[9] Philip Khuri
Hitti, History of the Arabs …, hlm. 381.
[10] Philip Khuri
Hitti, History of the Arabs …, hlm. 381.
[11] John Cooper,
dkk, Pemikiran Islam: dari Sayyid Ahmad Khan Hingga Nasr Hamid Abu Zayd, Terj:
Wakhid Nur Effendi, (Jakarta: Erlangga), hlm. 22.
[12] Syarifah
Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika, Cet: 1, (Yogyakarta: Oz, 2008),
hlm. 28.
[13] Syarifah
Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika …, hlm. 29.
[14] Syarifah
Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika …, hlm. 29.
[15] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Maysrakat dan Kekuasaan, Cet: 3, (Jakarta: Gramedia, 2007), hlm. 21.
[16] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 21-22.
[17] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 23.
[18] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 23.
[19] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 24.
[20] Mustafa Hj.
Daud, Tamadun Islam, Cet: 2, (Kuala Lumpur: Utusan Publications &
Distributors Sdn Bhd, 2004), hlm. 150.
[28] Th. Van Den
End, Sejarah Perjumpaan Gereja Dan Islam, (Jakarta: Sekolah Tinggi
Teologi, 1997 ), hlm. 84
[29] Seorang
pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah
universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang
diabdikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique pada 1896.
[30] Lihat Zakaria
Hasyim Zakaria, Pendapat Cendekiawan dan Filisof Barat Tentang Islam,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1992), hlm. 53-54.
[31] Zakaria Hasyim
Zakaria, Pendapat Cendekiawan dan Filisof
…, hlm. 54.
[32] Ia seorang
Perancis, dan ilmuwan dalam psikolog sosial dan Sosiolog, ia sangat terkenal
pada tahun 1895, karena karyanya tentang “The Crowd: A Study of the Popular
Mind”.
[33] Zakaria Hasyim
Zakaria, Pendapat Cendekiawan dan Filisof
…, hlm. 54.
[34] Zakaria Hasyim
Zakaria, Pendapat Cendekiawan dan Filisof
…, hlm. 55.
[35] Zakaria Hasyim
Zakaria, Pendapat Cendekiawan dan Filisof
…, hlm. 55.
[36] Berasal dari Yunani
[37] Zuhairani, Sejarah Pendidikan Islam, Cet.
11, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 106-107.
[38] Tim Arrahma, Sejarah kebudayaan Islam untuk MTs Kelas VIII,
(Semarang: Aneka Ilmu, 2005), hlm. 65.
[39] Sri Suyanta,
Editor, Sejarah dan Khazanah Pendidikan Islam, (Banda Aceh: PPs IAIN
Ar-Raniry, 2012), hlm. 357.