PERIODE PERANG SALIB
Perang salib ini dibagi ke 3 periode:
1. Perang salib I ( 1095 – 1099 Masehi )
Perang salib
tidak akan berjalan sesuai rencana bila semata – mata hanya dengan pembalasan
syurga, maka Urbanus II mengangkat Adhemar of Le Puy[1]
sebagai utusan pertama yang memimpin perang salib, dengan demikian maka perang
salib ini merupakan dibawah gereje eropa, akan tetapi setelah pertemuan di Clermont maka Rymond
IV ditunjuk sebagai pimpinan militer mendampingi Adhemar[2].
Pada musim
semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan
Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib
yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan
besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun
1098 M menguasai Raha (Edessa) dan membunuh semua penduduk muslim[3].
Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun
yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan
Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil
menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan Kerajaan
Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu,
tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M),
Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County
Tripoli, rajanya adalah Raymond.
2. Perang Salib II ( 1144 – 1192 M )
Pada
1144 M, seorang jenderal mamluk, penguasa Mosul dan Irak,
Imaduddin Zangi, berhasil menyatukan cukup banyak tentara Turk dan Arab dalam
pasukannya untuk kemudian menyerang kerajaan-kerajaan Kristen. Dan berhasil menaklukkan kembali kota Raha[4] ,
Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan
oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali
Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, Imanuddin Zangi tidak
merebut Yarussalem akan tetapi merebut kota
Edessa di dekatnya di Suriah.
Di
Eropa telah tersebar berita tentang telah direbutnya Edessa kembali dan menuai
kemarahan disana. Disebut periode reaksi ummat islam. Jatuhnya beberapa wilayah
kekuasaan islam ketangan kaum salib telah membangkitkan kemarahan muslimin
untuk menghimpun kekuatan dalam menghadapi mereka. Dibawah komando Imanuddin
Zangi, Gubernur Mosul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan yang dilakukan
oleh kaum salib. Bahkan kaum muslim akhirnya mampu untuk menguasai kembali
Allepo dan Adessa pada tahun 1144 M.[5]
Setelah Imanuddin Wafat tahun 1146 M, posisinya
digantikan oleh putranya Nuruddin Zangi, ia meneruskan cita – cita ayahnya yang
ingin membebaskan negara – negara islam ditimur dari cengkraman kaum salib.
Kota yang berhasil dibebaskannya ialah Damaskus (1147 M), Antiolia (1149 M),
Mesir (1169 M).[6]
Pada periode ini muncullah tokoh baru perang salib yaitu
Salahuddin Yusuf Alayyubi di Mesir yang berhasil membebaskan Baitul Makdis pada
2 Oktober 1187. Kemenangan ini telah membangkitkan kaum salib untuk mengirim
ekspedisi militer yang lebih besar dan kuat. Bahkan ekspedisi ini dipimpin oleh
raja – raja eropa seperti Frederick 1 (Barbarossa, Kaisar Jerman), Richard 1
(The Lion Hearted, Raja Inggris), Philip 2 (Augustus, Raja Perancis). Ekspedisi
kali ini dibagi beberapa divisi, ada yang menempuh laut dan ada yang menempuh
jalur darat. Frederick yang memimpin divisi darat tewas ketika menyeberangi
sungai Armenia, dekat kota Ruba’ (Adessa). Sebahagian tentaranya pulang ke
Eropa, hanya berapa sahaja yang melanjutkan perjalanan dibawah pimpinan
putranya.
Dua divisi lainnya yang menempuh jalur laut, mereka
bertemu di Sisilia. Mereka berada disana hingga musim dingin berlalu. Karena
terjadi kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sisilia secara terpisah.
Richard menuju Ciprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanan ke
Suriah, sedangkan Philip lansung menuju Arce dan pasukannya berhadapan dengan
pasukan Salahuddin, sehingga terjadi perang sengit, namum pasukan Salahuddin
memilih mundur dan mempertahankan Mesir.[7]
Berulangkali mereka mencoba hendak merebut kembali
Yarussalem dari tangan Salahuddin, tetapi selalu gagal, sebab itu mereka
mencoba mengalihkan rencanan merebut Mesir dan meninggalkan kota – kota yang
mereka kuasai: Kaisariya, Yaffa, dan Asqalan, terbuka tanpa perlindungan,
kesempatan ini dipergunakan oleh Salahuddin untuk memukul musuh dari belakang
sehingga Salahuddin dapat merebut Kota Yaffa dan merampas semua perbekalan
tentara salib yang ada disana. Tentara salib kalang kabut dan pada saat itu
Richard jatuh sakit dan meminta damai dengan Salahuddin.[8]
Diam – diam Salahuddin menyamar menjadi dokter dan mengobati dan merawat
Richard sampai sembuh, setelah itu barulah Salahuddin memperkenalkan siapa
dirinya.
Kemudian kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata
dan membuat MOU, salah satunya isinya yaitu daerah pedalaman akan menjadi milik
kaum muslimin dan ummat Kristen akan terjamin keselamatannya bagi yang ingin
berziarah ke Yarussalem. Adapun pesisir Utara, Arce dan Jaita berada dibawah
kekuasaan tentara salib.
3. Perang salib III (1193 – 1291 M)
Periode ini dikenal dengan periode kehancuran atau perang
saudara kecil – kecilan. Hal ini disebabkan telah masuknya pemikiran untuk
menguasai jabatan dan memperolah kekuasaan, bukan lagi motivasi agamawi seperti
tujuan awal perang salib. Dalam periode ini muncullah tokoh baru dari kalangan
wanita dari kaum muslimin, yaitu Syajar Addurr. Ia berhasil menghancurkan
pasukan raja Louis IX dari Perancis sekaligus menangkap raja tersebut, bahkan
tokoh wanita ini telah menghebohkan dunia dan menunjukkan kebesaran islam
dengan membebaskan dan mengizinkan pulang raja Louis IX kembali ke negeri
asalnya, Yaitu Perancis.[9]
Pada tahun 1291 M tentara salib diusir dari dari timur
oleh Sultan Asuraf dari Mesir dari benteng mereka yang terakhir di kota Okka.[10]
[1] Adhemar (juga
dikenal sebagai Ademar, Aimar, atau Aelarz) de Monteil (meninggal 1 Agustus
1098), salah satu tokoh utama dari Perang Salib Pertama , adalah uskup
Puy-en-Velay dari sebelum 1087. Pada Konsili Clermont tahun 1095, Adhemar
menunjukkan semangat besar untuk perang salib (ada bukti Urbanus II telah
berunding dengan Adhemar sebelum dewan) dan yang telah diberi nama wakil
apostolik dan ditunjuk untuk memimpin perang salib oleh Paus Urbanus II , ia
didampingi Raymond IV , Pangeran Toulouse , ke timur. Sementara Raymond dan
para pemimpin lainnya sering bertengkar satu sama lain alih kepemimpinan perang
salib, Adhemar selalu diakui sebagai pemimpin spiritual dari perang salib -à Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Adhemar_of_Le_Puy
[2] Hans Eberhard
Mayer, Geschichte der Kreuzzüge, terj, Tarikh
Alhurub Assalibiyah, (Stuttgart: Kohlhammer , 1985 ) h. 89
[6] Dedi Supriadi, M, Ag, .... h. 173
[7] Ibid, ..., h. 174
[8] Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Cet. 2,
(Jakarta: Prenada Media, 2004), H. 186
[9] Ibid, ..., h. 174